12/21/12

Dua Puluh Dua.. Tiada Duanya.


Tulisan ini bukan tulisan indah
Tapi kuharap kau mau membacanya
Memahami kata demi kata, yang masih jauh dari sempurna
Karena...
Karena aku pun tak tahu kata-kata seindah apa
Yang mampu mewakilkan keindahan hidup ini
Bersamamu..
Tapi di malam ini, aku harus menulis sesuatu
Untukmu, orang paling hebat di dunia!
Tapi Maaf.......... Lagi-lagi maaf yang bisa kukatakan padamu
Maaf jika aku belum mampu membahagiakanmu selama ini
Aku pun tak tahu kebahagiaan seperti apa yang dapat membahagiakanmu
...............................................................................................................................
Disini, di malam sempitku, aku menyempatkan waktu untuk tulisan ini
Maaf.. hari-hariku tak sepenuhnya bisa kuhabiskan bersamamu
Tapi aku janji, usaha-usahaku akan sepenuhnya kupersembahkan untukmu
Aku janji, asinnya peluhku bisa membuahkan hasil yang manis
Aku janji!
...............................................................................................................................
Terima kasih
Atas segalanya. Ya.. segalanya!
Terima kasih telah membesarkanku, menjadikanku begitu ‘besar’.
Terima kasih atas wejangan-wejangan inspiratif
yang selama ini engkau tuturkan lewat bahasamu yang anggun
Terima kasih telah menjadi pelumas bagi roda kehidupanku
Melancarkan setiap perjalanan hidup ini
Terima kasih telah mengucapkan Alhamdulillah
Dalam setiap hasil usahaku yang tak seberapa membanggakan
Terima kasih atas air mata bahagiamu
Di hari Jumat penuh barokah, disaat pengumuman UI diumumkan
Terima kasih telah menjadi alasan dari setiap perbuatan terbaik yang kulakukan
Walaupun mungkin belum begitu baik
Terima kasih telah membuat hidupku lebih berwarna
Juga lebih bermakna...

Doaku selalu menyertaimu, Bunda.
Insha Allah.. engkau selalu hadir dalam setiap doaku
Doakan aku juga, supaya bisa menjadi sepertimu
Suatu saat nanti..

 I love you. I love you both. Setelah Dia, hanya ada 2 tempat terbaik di hatiku... untukmu dan untuk bapak. Selamanya hanya untuk kalian. Beri aku kesempatan untuk bisa lebih baik, untuk bisa kembali melihat air mata bahagia itu... Secepatnya!

Selamat Hari Ibu! 
love,

Sulungmu.

11/18/12

Si Sempurna yang Masih Harus Disempurnakan

Aku banyak belajar dari cacing.
Ketika turun hujan, cacing itu naik ke permukaan. Bukan tanpa rintangan, mereka melalui lumut-lumut kasar yang mungkin melukai tubuh mereka.
Terjangan butiran hujan tentunya membuat mereka harus bertahan di dinding berlumut, entah bagian tubuh mana yang mereka jadikan tumpuan. 
Belum lagi serangga-serangga bengis yang telah menanti kedatangan mereka di sudut-sudut strategis.
Anehnya, mereka tetap naik, menerjang semua rintangan tersebut.
Padahal, ketika hujan reda, mereka tahu permukaan akan kembali kering, mereka tahu langkah mereka akan terhenti tanpa air yang melumasi, mereka tahu mereka akan mati, diterkam pemangsa kejam yang kelaparan.
Kurasa cacing tahu mereka akan bernasib demikian, namun mengapa mereka tetap melakukan hal itu?
..................................................................
Entahlah, aku tak tahu apa tujuan hidup mereka, namun aku yakin, mereka punya tekad yang kuat untuk itu.
Jangan anggap mereka tolol, mereka memang tak punya otak sebagai sarana berpikir, tetapi nyatanya, manusia yang dianugrahi otak pun tak lebih baik dari mereka. 
Manusia terlalu sering mengeluh, tak ingin terluka, dikalahkan oleh nafsu-nafsu tak berujung.
Manusia punya tumpuan kuat dalam diri mereka, namun lebih memilih bertumpu pada belas kasih orang lain.
Manusia tak punya pemangsa, karena merekalah sesungguhnya yang memangsa diri mereka sendiri.
Manusia... manusia...
Mungkin mereka terlena dengan gelar 'paling' sempurna pemberian Tuhan. 
Mungkin mereka menutup hati, dan membiarkan mata dan nafsu yang bertindak.
Mungkin pula mereka tak takut salah, mereka tak takut berdosa, mereka tak takut MATI.
Maka dari itu...
Manusia memang sempurna, tetapi kesempurnaannya masih harus disempurnakan.
Mau tahu bagaimana? Rahasia. Mari berpikir filosofis, menggali lebih dalam, one day kita semua akan tahu, bahwa cara paling efektif adalah.......... bertanya langsung kepada-Nya :)

11/11/12

Si Lemah yang Tak Lengah...

Usaha yang telah kulakukan selama ini memang sesulit mempertahankan cahaya lilin ditengah badai. Lilin yang cahayanya terkoyak angin-angin nakal di sekitarnya. Menjaga cahayanya, melindungi sumbu apinya dengan sepenuh hati. Sambil berharap angin-angin nakal itu akan pergi. Berharap, hanya bisa berharap. Siapa yang tahu kalau mereka benar-benar tega membuat lilinku mati, mengubahnya menjadi asap tak berbekas. 

Aku tak mau lilinku mati. Aku takut gelap. Aku tak punya cahaya lain selain lilinku. Aku tak akan bisa menemukan jalan keluar tanpa lilinku. Aku tak akan bisa melihat dengan jelas tanpa lilinku. Andai saja kalian tahu, wahai angin-angin nakal, lilinku adalah hidupku. 
Aku sadar. Lilinku lemah. Apinya yang mecolok tak dapat menutupi ketakutannya. Lilinku bergantung padaku, pada pemiliknya. Lilinku mengharuskanku menjaga cahayanya, walaupun aku tahu, aku tidak jauh lebih kuat darinya. Aku tidak lebih baik tanpanya. Kami saling membutuhkan.

Kutelungkupkan tanganku di sekelilingnya. Panas, tetapi kutahan. Tak akan ku menyerah membiarkan lilinku mati, yang nantinya juga membuat hidupku mati. Aku yakin, angin-angin nakal akan pergi. Aku yakin mereka akan tahu, betapa pentingnya ia dalam hidupku yang gelap ini.

Hey lilin, mereka sudah pergi! Perlahan kurenggangkan jemariku, sambil mengibaskannya ke udara. Panas apinya terbayar sudah. Kami aman. Kami aman dari mereka. Tapi jangan senang dulu, mereka mungkin akan datang lagi, suatu saat nanti.

Lilinku, cahayamu yang lemah telah menyinari jiwaku, bahkan melebihi matahari. Ketidakberdayaanmu menguatkanku, membuatku sadar akan pentingnya engkau. Tak ada satupun yang bisa mengganggumu lagi, karena aku disini, menjaga cahayamu, menjaga apimu dari angin yang berhembus. Sampai suatu saat nanti, sumbumu berakhir meredup perlahan tapi pasti. Aku tahu engkau akan meleleh, tapi aku selalu berharap, seiring berkurangnya sumbumu, aku akan menjadi lebih kuat. Aku akan kuat tanpamu, kuat tanpa cahaya redupmu, karena aku punya ribuan lilin-lilin manis, yang kudapatkan dari usaha-usahaku selama kau menemaniku, dulu.

Lilinku, terima kasih atas jasamu. Jangan pernah menganggap dirimu lemah, karena kelemahanmu-lah yang mengokohkan jiwaku, menguatkan keyakinanku akan jalanNya.

11/2/12

Terimalah...

Kupikir landasan dimana aku mendarat akan selembut gumpalan awan. Kupikir langit tahu bahwa aku akan meminjam awan darinya. Kupikir bumi tahu aku tidak ingin mendarat di tanahnya yang keras. Kupikir bumi tidak akan membiarkanku terjerembap di jurang misterius ini. 
Pikiran ini membelengguku. Mencegah perasaanku untuk mencerna semuanya. Aku tahu, aku tidak akan pernah membiarkan pikiranku memonopoli diriku, menjadi majikan otoriter dalam diri ini. Namun kali ini, aku kalah. Aku kalah dengan pikiranku sendiri. Pikiran yang belum bisa dipastikan pula kebenarannya.
Bantu aku! siapapun! Aku ingin pergi dari jurang ini! Secepatnya! Aku ingin melihat sinar matahari lagi! Sinar yang dengan ramah memanjakan dedaunan di bumi indahku. Aku ingin bangkit. Aku ingin belajar lagi, belajar untuk tidak lagi terjebak dalam jurang kelam itu. Aku tidak mau menjadi makhluk kaku, tak berdaya dan berguna bagi sesamaku. Aku ingin hidup, dengan menghidupkan suasana kehidupan ini. 
Jurang tadi merenggut kebahagiaanku, ketenangan yang sebelumnya selalu terjaga di benak. Jurang tadi menjepit kakiku, tidak membiarkanku pergi. Jurang tadi membiarkan hatiku mati, terhimpit oleh kejamnya bebatuan tajam diantaranya. Aku ingin kembali. Kembali merasakan hembusan angin yang membelai jilbabku dengan ramah. Kembali menemukan sahabat-sahabatku yang telah menunggu di ujung kehidupan. Kembali melebarkan senyuman-senyuman indah di wajah mereka. 
Bantu aku bangkit, Tuhan. Bantu aku melawan semua rasa takut dan cemasku. Bantu aku berwaspada terhadap jurang-jurang kehidupan yang suatu saat nanti akan kutemui lagi. Bantu aku..... Aku manusia tak bernyawa tanpa pilar-pilarMu. Aku manusia tak berdaya tanpa nafas kehidupanMu. Aku manusia munafik tanpa peringatanMu. 
Semoga aku bisa selalu berada dalam jangkauanMu, dalam lindunganMu. Karena sesungguhnya.... Engkaulah cinta matiku. Terimalah segala kerja kerasku untuk mendapatkan kasih sayangMu. 

Guratan diatas tandusnya tanah,
terimalah...

10/16/12

Seharusnya.... Haruskah?


Aku hidup dibawah awan sejuk, yang seharusnya menyejukkan hatiku. Aku hidup diatas bumi hijau, yang seharusnya menyegarkan nafasku. Aku hidup di tempat nyaman, yang seharusnya menenangkan jiwaku. Jangan khawatir, aku tidak menyalahkan mereka. Aku tidak menyalahkan awan, bumi, dan lingkunganku. Aku pun tidak menyalahkan diriku. Tidak ada yang salah dalam hidupku. Hanya saja seringkali kata ‘seharusnya’ membuatku lemah, membuatku tidak berdaya. Seharusnya kata ‘seharusnya’ bisa memotivasiku, bukan melengahkanku. Seharusnya aku bisa lebih memahami hidup ini, bukan malah merasa tak mampu. Seharusnya aku bisa memberikan mereka yang terbaik, bukan malah melontarkan keluhan tak bermakna yang sering muncul dari kecapku. Seharusnya.....
Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Seharusnya tidak ada yang bisa menjawab selain diriku. Seharusnya. Sungguh, hanya aku yang bisa mengubah segala kegelisahan ini. Aku gelisah, karena aku tidak percaya. Aku tidak percaya pada diriku sendiri. Payah, sungguh luar biasa payah. Aku tidak percaya pada kemampuanku. Aku tidak percaya pada kemampuan yang diberikan Tuhan untukku. Aku tidak percaya.... Seharusnya aku percaya...
Sungguh hanya Engkau yang tahu tentangku, Tuhan. Jika memang aku tak mampu, beri tahu aku. Jika memang aku tak mampu, beri aku petunjukmu. Jika memang aku tak mampu, untuk apa Engkau menempatkanku disini? Aku percaya padaMu. Aku percaya akan setiap rencana yang Engkau berikan padaku. Aku yakin, seburuk-buruk hal yang akan terjadi padaku, pasti akan membaikkan kondisiku. Serendah-rendah prestasi yang aku tuai, pasti akan meninggikanku. Selemah-lemah tenaga yang kumiliki, pasti akan menguatkanku. Suatu saat nanti, disaat yang tepat, disaat aku sudah pantas mendapatkannya.

10/13/12

Aku, Mawarku, dan Hujanku..

Aku jauh. Jauh dari rumahmu. Jauh dari pandanganmu. Jauh dari lisanmu. Jauh..... Bunda, aku jauh darimu. Engkau juga jauh dariku. Kenapa kita jauh? Akupun tak tahu kenapa kita harus berjauhan. Hal-hal sepenting apa yang membuat kita jauh?
Kita sangat jauh. bahkan untuk pulang pun aku tak bisa. Ya, karena itu, karena kita jauh.
Namun, kejauhan ini tak menjenuhkanku. Kejauhan ini membuatku sadar, sadar bahwa semakin hari kita akan semakin menjauh. 
Satu demi satu kuingat kembali. Mawar-mawar cantik itu sudah layu, terlalu banyak terkena tetesan hujan yang menghantamnya. Kejadian-kejadian terindah, tak terlupakan, termemalukan, terlucu, kejadian serba ter- ada ketika kita belum jauh. Memori-memori kecilku seakan menjadi pembesar hatiku. Kejauhan ini membuatku rindu.

Air lautku sudah sampai pelupuk. menentang bulu-bulu mata yang berusaha menghadang. Begitulah keadaanku setiap kali aku menuangkan memori-memori ini ke dalam goresan. Hujan, kenapa engkau datang dengan derasnya? Kau memang memberi kami kehidupan, menyuburkan tanah-tanah kami, menghidupi hewan-hewan kami, dan membantu kami. Namun, kenapa kau harus merusak mawar-mawar indah kami dengan hantaman butir-butiranmu?

Tentunya, kisahku tidak seluruhnya sama dengan perumpamaan mawar-mawar tadi. Namun, ada setitik kesamaan disitu. Ketika mawar-mawar bermekaran, menyebarkan wewangian di sekitarnya, dan menciptakan decak-decak kekaguman, tiba-tiba hujan turun. Deras, deras sekali. Butir-butirnya menghantam keindahan mawar-mawar tadi. Membuatnya layu, kaku, lemah tak berdaya. Hujan tidak jahat, hujan datang karena memang sudah saatnya mereka datang. Hujan turun deras, karena ia tahu kami kehausan, kami butuh air, kami butuh penghidupan. Tidak ada yang bersalah dan tidak ada pula yang perlu disalahkan.

Akulah mawar-mawar itu ketika tumbuh berkembang bersamamu, Bunda. Aku mawar yang cantik, menyebar wewangian, menebarkan pesonaku pada yang lain. Namun ketika hujan deras ini datang, aku tidak lagi mawar yang cantik. Aku mawar yang layu, menahan sakitnya hantaman derasnya butir-butir hujan. Aku harus menghadapinya. Hujan bukanlah badai, ini hanyalah momen-momen yang harus kujalani. Hujan deras ini sebuah pertanda. Pertanda bahwa aku akan naik ke tingkat yang lebih tinggi, kehidupan yang lebih kompleks, dan tentunya kedewasaan yang semakin teruji. Hujan ini memisahkanku denganmu, Bunda. Bukan tanpa alasan tentunya. Aku harus mandiri, belajar mengepakkan sayapku sendiri walaupun aku tahu kerangka ini belum cukup kuat. Aku harus jauh darimu, karena aku harus berkembang, tumbuh menjadi mawar yang lebih cantik, berkelopak lebih banyak, dan lebih menawan. Bunda, engkaulah sebenarnya yang membuatku jauh. Engkau yang membuatku memaksa diriku untuk selalu kuat dalam jauh. Aku janji, kejauhan ini akan terbayar. Terbayar bukan karena kesuksesanku, tetapi senyuman kebahagiaan yang terpancar di wajahmu kelak, ketika aku kembali.



Mom,
I love you, before since and after until,


Kakak <3

9/30/12

A Moment In Time.....


Wow. Alhamdulillah. Akhirnya bisa blogging lagi setelah sekian lama blog ini dianggurin. Dalam posting saya kali ini, saya ngga akan ngepost ttg fashion atau beauty tips kaya dulu. Saya mau share pengalaman saya dulu deh......... :D

Semenjak saya lulus SMA, saya sudah ngga begitu uptodate lagi sama fashion, music, dan passion2 saya yang lain yang biasanya saya share disini. Bukannya hilang, tetapi hal2 tsb seakan ternomorduakan. Ngga perlu tanya alasannya karena ngga akan saya jawab, there are too many excuses to explain about hehehe

Well, berita terakhir yang mungkin anda perlu tahu adalah sekarang saya sudah mjd mahasiswa. Perjalanan yang saya lalui memang sungguh berat dan challenging, tapi alhamdulillah hasilnya bisa membuat orang tua saya tersenyum.

Ketika saya di SMA, saya bukanlah siswa berprestasi, bukan juga siswa yang aktif organisasi. Bisa dibilang saya sangat ordinary. Nilai-nilai saya mepet, tapi alhamdulillah masih bisa membuat orang tua saya tidak khawatir. Ketika saya meilhat teman-teman di sekeliling saya, yang rajin-rajin dan aktif organisasi, jujur saya sempat merasa minder. Bukannya menaikkan usaha, saya malah cenderung menurunkan target kuliah saya.

Cita-cita saya dari bayi adalah jadi dokter yang hebat. Dokter kecantikan yang bisa mentransfer kelebihan lemak satu orang ke orang lain. Saya ingin semua orang memiliki tubuh yang ideal, sehingga tidak perlu lagi khawatir dicela orang lain. Yang kegedean bisa dikecilin dengan mentransfer lemak mereka ke yang pengen gede (well, sedikit absurd). Ide gila memang, tapi inilah imajinasi saya.

Dalam beberapa jalur tes perguruan tinggi, saya kerap memilih kedokteran sbg pilihan 1 dan 2 sedangkan ekonomi adalah pilihan 3. Ekonomi juga bukan prioritas, saya hanya ingin menuruti apa kata bapak saya. Tentunya tidak mudah untuk move on, kawan-kawan. Saya ditolak di pilihan 1 dan 2. Setelah saya renungkan, saya tidak bodoh, saya hanya lemah di fisika. Saya suka biologi, tapi saya bisa dibilang benci fisika. Saya memutar otak untuk mencari jalan keluar, sampai pada suatu hari, saya memutuskan untuk tidak mencoba kedokteran lagi. Saya mengorbankan cita-cita saya, cita-cita besar saya menjadi seorang dokter hebat :’’’(

Sambil menunggu pengumuman snmptn, saya punya waktu sekitar 3 minggu untuk mempersiapkan diri di tes terakhir, tes satu-satunya yang saya harapkan, SIMAK UI. Saya dan seorang teman saya yang juga memiliki minat di ui mengikuti bimbel di bandung. Dalam tes kali ini, saya berencana tidak mengambil kedokteran, karena saya tahu peluang saya tidak besar. Oleh karena itu, saya memberanikan diri mengambil jurusan ips saja. Perjuangan kami selama di bandung tidak semudah yang saya bayangkan. Kami harus benar-benar bisa menyerap segala ilmu yang diujikan dalam kurun waktu yang singkat. 3 minggu! Pesimis? Pasti. Saya bahkan kerap berpikiran bahwa saya terlalu berangan-berangan mendapatkan kursi di UI. Sungguh perasaan saya saat itu tak terdeskripsikan...

Melihat kondisi yang tidak memungkinkan ini, saya memutar otak. Saya berpikir filosofis *gaya :p*. Sekeras apapun belajar saya, kalau saya tidak beruntung, ya tidak akan bisa. Lantas, apa yang harus saya lakukan? Teka-teki itu selalu terngiang di pikiran saya. Setelah beberapa waktu saya bisa menjawab hal itu. Saya harus dekat dengan Sang pemberi keberuntungan! Saya memilih untuk meningkatkan ibadah-ibadah saya. Saya memaksimalkan ibadah-ibadah saya, melaksanakannya secara rutin, dan meluruskan niat saya bahwa saya melakukan semua ini untuk membahagiakan orang tua saya.

Setelah melakukan semua usaha yang bisa saya lakukan, saya hanya pasrah. Jika memang rejeki saya di ui, pasti saya akan masuk kok. Hari demi hari saya lalui, tetap dengan penuh doa dan harapan. Sampai di hari Jumat yang penuh barokah itu, pengumuman simak UI diumumkan. Pengumumannya sudah ada di koran, tapi berhubung merasa ngga afdol kalo via koran, saya menunggu pengumuman yang ada di internet saja. Sambil menunggu, saya melakukan solat dhuha seperti biasanya. Tidak disangka, saya meneteskan air mata ketika berdoa. Keinginan saya hanya satu ya Allah, saya ingin orang tua saya bahagia. Saya ingin melebarkan senyuman di wajah mereka, meringankan beban-beban mereka, dan suatu saat nanti saya akan bisa membuat mereka bangga sama saya. Doa saya sungguh simpel, tapi itulah yang menyemangati hari-hari saya selama ini.

Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Saya mengambil laptop dan bergegas menuju ruang tengah. Ketika tahu saya akan membuka pengumuman, bunda menghampiri saya.
B: “optimis kak. inshaAllah kalo Allah ridho ngga ada yang ngga mungkin kok...”
A: “iya bun, tetep optimis kok, tapi jangan terlalu banyak berharap ya bun. Yang daftar banyak, sedangkan kursinya cuman sepersekiannya...
B: “iya nak. Ayo buka dulu, mumpung bunda masih pake mukena nih, biar sekalian sujud syukur.”
A: “bismillah ya bun.........”

Ketika melihat ke layar, saya kaget dan teriak! “ALHAMDULILLAAAAH!!!!”. Saya memeluk ibu saya yang masih kaget. Kita sama-sama nangis, dan saya langsung lari ke kamar untuk sujud syukur. Sajadah saya basah. Saya tak hentinya mengucap syukur kepada Allah. Alhamdulillah, Allah memang bukan sekedar pemberi janji, tapi juga bukti. Hari itu adalah momen terindah dalam hidup saya. Saya berhasil membuat orang tua saya tersenyum, bahkan menangis bahagia. Adik saya histeris. Teman-teman pun banyak yang menyelamati saya. Subhanallah.... 



Alhamdulillah,sekarang saya sudah menjadi bagian dari FEUI. Bahagia? Sudah pasti! Tetapi saya tidak akan terlena, saya tahu bahwa tantangan-tantangan saya kedepan akan lebih sulit dari apa yang saya bayangkan. Well, setidaknya saya sudah berhasil menyelesaikan satu misi saya. Misi-misi lainnya tentu masih to be continued.

Pelajaran yang bisa saya ambil dari pengalaman saya ini adalah jangan pernah menomorduakan yang seharusnya dinomorsatukan. Kerja keras itu mutlak perlu, tetapi kita juga harus bekerja keras mendapatkan ridho-Nya. Usaha-usaha sekecil apapun yang kita lakukan pasti akan senantiasa dihargai oleh Allah. Selain itu, jangan takut untuk bermimpi. Kalo ada yang bilang mimpi anda tidak mungkin, memang seharusnya begitu! Kalo sudah memungkinkan, buat apa diimpikan? Bermimpilah setinggi langit, niatkan mimpi kita untuk sesuatu yang mulia. Sesederhana mimpi saya, yang hanya ingin melihat orang tua saya tersenyum dan menangis bahagia.

Nah segitu dulu cerita dari saya. Mungkin ceritanya kurang sistematis, maklum waktunya ngga banyak hehehe. Semoga bisa jadi pembelajaran buat kita semua. Selamat bermimpi!

4/21/12

How Flat Are Yours???

Fashion, Beauties, and Trends are always changing every time i check on worldwide. So fast and unstoppable. And... the thing that makes me super excited is this new model of shoes called Flatform! 


At the beginning I didn't feel like it's something new in shoes world. I thought that it's a regular flatform which is really hurting my legs. But then I noticed that this isn't Platform, but Flatform with F!!!. I googled it. And obviously, i Loved Loved it! especially for those who don't feel comfortable wearing heels, like ME! thank god, we can still look gorgeous and tall with this kinda cute yet edgy flatform. :D

i didn't find many of flatform here in Indonesia but some stores were already keep in trend! i know u guys are just craving for the pics well here's some of the gorgeous flatforms i've ever seen......



Casual Look

                                



Edgy Look



Party Rockin' Look
  • Gold Flatforms By Unique**

  • 2.019.815 IDR ($220) - topshop.com




Buttttt my fave is..... these oxford flatform shoes!!!

Jeffrey Campbell Ad Long Rose Platform Oxfords



  • Jeffrey Campbell Ness Stacked Wingtip

  • 1.817.830 IDR ($198) - freepeople.com




So what do u guys think about Flatform? which one do u choose? i feel your excitements here :D hahaha
These are just thrillin' me to get more savings ^^