Saya kutip kata-kata diatas dari film Indo anyar yang cukup
hits dikalangan remaja. Refrain.
Saya ngga mau nyeritain ulang apa isi film itu, juga ngga akan berfilosofi macam-macam tentang kalimat tadi.
Hanya ingin mempertegas, kalau kata-kata itu dalem maknanya
(bagi saya saat ini).
---
Saya lahir dari kedua orangtua terbaik, dengan background
yang berbeda, namun saling melengkapi. Saya pun terlahir baik. Saya dianugrahi
tubuh yang lengkap dan semuanya fungsional. Tidak ada cacat setitik pun,
alhamdulillah.
Seiring berjalan waktu, semakin banyak informasi dan kasak
kusuk yang beredar di lingkungan saya, yang membuat kadar ‘baik’ saya
berkurang, dan membuat diri saya menyesal sekarang.
Saya telah melewatkan kesempatan saya, ketika pena sudah
ditangan, ketika buku sudah di depan mata, ketika pikiran sudah menentukan akan
menulis apa, namun.. saya sia-siakan kesempatan emas tadi untuk melakukan apa
yang saya tuju sebelumnya. Menulis.
Itulah andai-andai yang agaknya mewakili semua yang telah
terjadi.
Saya berusaha untuk tak henti-hentinya bersyukur pada Tuhan
akan anugerahNya selama ini. Namun, terkadang raga ini kaku, otak ini buntu,
tak tahu bagaimana benar-benar bisa mewujudkan rasa syukur tersebut.
Saya menyesal Tuhan, saya menyesal telah sering mengecewakan
orang-orang yang selama ini begitu hati-hati agar tidak mengecewakan saya.
Hanya karena lalai dan lengah, saya gagal pulang membawa buah tangan terindah
yang pernah saya impikan.
---
Tuhan, bantu saya mewujudkan cinta ini pada mereka. Apapun
caranya, asal sesuai dengan ridho dan izinMu. Saya tak ingin terperangkap terlalu
lama dalam jurang kekhawatiran, kalau-kalau saya tidak diberi kesempatan lagi
untuk kembali menciptakan senyuman terlebar di wajah mereka.
Bantu saya, untuk bisa mencintai mereka, dengan setulus
hati. Dengan kekuatan yang penuh.
Tidak
setengah-setengah.