Kupikir landasan dimana aku mendarat akan selembut gumpalan awan. Kupikir langit tahu bahwa aku akan meminjam awan darinya. Kupikir bumi tahu aku tidak ingin mendarat di tanahnya yang keras. Kupikir bumi tidak akan membiarkanku terjerembap di jurang misterius ini.
Pikiran ini membelengguku. Mencegah perasaanku untuk mencerna semuanya. Aku tahu, aku tidak akan pernah membiarkan pikiranku memonopoli diriku, menjadi majikan otoriter dalam diri ini. Namun kali ini, aku kalah. Aku kalah dengan pikiranku sendiri. Pikiran yang belum bisa dipastikan pula kebenarannya.
Bantu aku! siapapun! Aku ingin pergi dari jurang ini! Secepatnya! Aku ingin melihat sinar matahari lagi! Sinar yang dengan ramah memanjakan dedaunan di bumi indahku. Aku ingin bangkit. Aku ingin belajar lagi, belajar untuk tidak lagi terjebak dalam jurang kelam itu. Aku tidak mau menjadi makhluk kaku, tak berdaya dan berguna bagi sesamaku. Aku ingin hidup, dengan menghidupkan suasana kehidupan ini.
Jurang tadi merenggut kebahagiaanku, ketenangan yang sebelumnya selalu terjaga di benak. Jurang tadi menjepit kakiku, tidak membiarkanku pergi. Jurang tadi membiarkan hatiku mati, terhimpit oleh kejamnya bebatuan tajam diantaranya. Aku ingin kembali. Kembali merasakan hembusan angin yang membelai jilbabku dengan ramah. Kembali menemukan sahabat-sahabatku yang telah menunggu di ujung kehidupan. Kembali melebarkan senyuman-senyuman indah di wajah mereka.
Bantu aku bangkit, Tuhan. Bantu aku melawan semua rasa takut dan cemasku. Bantu aku berwaspada terhadap jurang-jurang kehidupan yang suatu saat nanti akan kutemui lagi. Bantu aku..... Aku manusia tak bernyawa tanpa pilar-pilarMu. Aku manusia tak berdaya tanpa nafas kehidupanMu. Aku manusia munafik tanpa peringatanMu.
Semoga aku bisa selalu berada dalam jangkauanMu, dalam lindunganMu. Karena sesungguhnya.... Engkaulah cinta matiku. Terimalah segala kerja kerasku untuk mendapatkan kasih sayangMu.
Guratan diatas tandusnya tanah,
terimalah...
No comments:
Post a Comment