Aku hidup dibawah awan sejuk, yang seharusnya menyejukkan hatiku. Aku hidup
diatas bumi hijau, yang seharusnya menyegarkan nafasku. Aku hidup di tempat
nyaman, yang seharusnya menenangkan jiwaku. Jangan khawatir, aku tidak
menyalahkan mereka. Aku tidak menyalahkan awan, bumi, dan lingkunganku. Aku pun
tidak menyalahkan diriku. Tidak ada yang salah dalam hidupku. Hanya saja
seringkali kata ‘seharusnya’ membuatku lemah, membuatku tidak berdaya. Seharusnya
kata ‘seharusnya’ bisa memotivasiku, bukan melengahkanku. Seharusnya aku bisa
lebih memahami hidup ini, bukan malah merasa tak mampu. Seharusnya aku bisa
memberikan mereka yang terbaik, bukan malah melontarkan keluhan tak bermakna
yang sering muncul dari kecapku. Seharusnya.....
Aku harus apa? Aku harus bagaimana? Seharusnya tidak ada yang bisa
menjawab selain diriku. Seharusnya. Sungguh, hanya aku yang bisa mengubah segala
kegelisahan ini. Aku gelisah, karena aku tidak percaya. Aku tidak percaya pada
diriku sendiri. Payah, sungguh luar biasa payah. Aku tidak percaya pada
kemampuanku. Aku tidak percaya pada kemampuan yang diberikan Tuhan untukku. Aku
tidak percaya.... Seharusnya aku percaya...
Sungguh hanya Engkau yang tahu tentangku, Tuhan. Jika memang aku tak
mampu, beri tahu aku. Jika memang aku tak mampu, beri aku petunjukmu. Jika memang
aku tak mampu, untuk apa Engkau menempatkanku disini? Aku percaya padaMu. Aku percaya
akan setiap rencana yang Engkau berikan padaku. Aku yakin, seburuk-buruk hal
yang akan terjadi padaku, pasti akan membaikkan kondisiku. Serendah-rendah
prestasi yang aku tuai, pasti akan meninggikanku. Selemah-lemah tenaga yang
kumiliki, pasti akan menguatkanku. Suatu saat nanti, disaat yang tepat, disaat
aku sudah pantas mendapatkannya.
No comments:
Post a Comment